Jumat, 19 April 2013

Sifat - Sifat Koloid


1.       Efek Tyndall
a.       Pengertian Efek Tyndall
     Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid  yang terjadi ketika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut, yaitu sekitar 1 - 100 nm. Sebaliknya, pada larutan sejati partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
     Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. John Tyndall berhasil menerangkan mengapa langit bisa berwarna biru. Langit berwarna biru karena adanya peristiwa penghamburan cahaya pada daerah penjang gelombang biru oleh partikel-partikel koloid oksigen dan nitrogen yang terdapat di udara. Efek Tyndal merupakan cara yang sangat sederhana untuk membedakan koloid dari larutan ataupun suspensi.

b.      Efek Tyndall dalam Kehidupan Sehari – hari
     Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering mengamati efek Tyndall antara lain :
1.       Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
2.       Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu
3.       Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon – pohon pada pagi hari yang berkabut
     Efek Tyndall tidak sama untuk setiap sinar yang mempunyai panjang gelombang berbeda. Sinar kuning misalnya lebih sedikit dihamburkan. Itu sebabnya sinar kuning dipakai pada saat berkabut, di mana cahaya kuning lebih dapat menembus kabut dan terlihat oleh pemakai jalan.

2.       Gerak Brown
                Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika diamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
                Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
                Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
               Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Gerak Brown pertama kali dibuktikan dan dicetuskan oleh Robert Brown seorang botanis Skotlandia pada tahun 1827. Prinsip gerak ini mudah sekali, Brown mengamati beberapa partikel dengan mikroskop dan dia menemukan bahwa pergerakan terus menerus dari partikel-partikel kecil tersebut makin lama makin cepat bila temperatur makin tinggi.
                Gerak ini dapat diamati pada zat cair koloid atau gas. Di dalam suatu ruang pergerakan partikel gas tersebut (analogie terhadap zat cair juga) bergerak bebas dan tidak teratur, dengan kata lain partikel gas itu bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bila partikel gas tersebut menabrak partikel gas lain atau menabrak tembok dinding ruang, maka kecepatan serta arah vektornya ikut berubah. Penyebaran kecepatan ini dapat dirumuskan dengan penyebaran kecepatan Maxwell yang memberikan gambaran bahwa kecepatan partikel tergantung dari temperatur ruang dan lingkungannya. Kecepatan rata-rata pergerakan molekul di udara adalah 500m/s atau 1800 km/h. Kecepatan ini melebihi kecepatan gelombang suara yang besarnya 330 m/s. Energi dari partikel gas ideal juga tergantung dari suhu udara.
              
3.       Muatan Koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
Elektroforesis
a.       Pengertian
        Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda, ataupun peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesisadalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
                Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloidbergerak  menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif.
Contoh:
  • Cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
  • Pemanfaatan muatan koloid sebagai penyaring debu pabrik pada cerobong asap menggunakan pesawat cottrel. 
Koloid bermuatan positif
Koloid bermuatan negatif
Fe(OH)3
AS2S3
Al(OH)3
Logam Au,Ag,Pt
Pewarna dasar
Tepung
Hemoglobin
Tanah Liat

b.      Manfaat elektroforesis dalam kehidupan sehari - hari
·         Untuk identifikasi DNA
Misalnya untuk mengidentifikasi para korban / pelaku pada peristiwa ledakan bom.
·         Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid.
·         Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet.
Misalnya pada pembuatan boneka dan sarung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan bentuk boneka atau sarung tangan secara elektroforesis.
·         Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik.
Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948) dari Amerika Serikat. Cerobong asap pabrik bagian dalam dilengkapi dengan "pengendap elektrostatika" berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik, yang akan menarik dan menggumpalkan debu halus dalam asap buangan.
·         Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
·         Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
·         Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

4.       Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap medium pendispersinya yang berupa zat cair, koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis.
1.     Koloid Liofil
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif besar. Terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Koloid liofil bersifat lebih stabil dan berfungsi sebagai pelindung.
Contohnya, dispersi kanji, sabun, deterjen, dan protein dalam air.
2.    Koloid Liofob
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi yang relatif kecil.  Liofob berati tidak suka cairan (Yunani: phobia = takut/tidak suka). Terdapat gaya tarik menarik yang lemah  atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik antara fase terdsipersi dan medium pendispersinya. Koloid liofob bersifat kurang stabil.

 Contohnya, dispersi emas, Fe (OH)3, dan belerang dalam air. 
Jika medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang digunakan adalah koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Koloid hidrofil  :  Contoh, protein, sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.

Koloid hidrofob :  Contoh, susu, mayonnaise, sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfide,  dan sol-sol logam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar